Cengkeh adalah salah satu rempah khas Indonesia. Bahan dasar pembuat kretek ini ternyata memiliki nilai ekonomis tinggi disamping manfaatnya untuk kesehatan.
Cengkeh (Syzygium aromaticum) adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Sejarah cengkeh terjalin erat dengan sejarah Indonesia sendiri. Rempah-rempah yang sangat dicari ini aslinya hanya tumbuh di lima pulau kecil di sebelah timur Su
lawesi dan sebelah barat Papua. Cengkeh dihargai sangat tinggi karena khasiatnya sebagai obat. Harganya pun telah cukup mahal sejak zaman kerajaan Romawi Kuno.
Budidaya cengkeh sangat cocok dengan alam dan iklim di Indonesia. Oleh karena itu, pada periode tahun 1980–2013 secara umum pola perkembangan luas areal cengkeh di Indonesia berfluktuasi namun cenderung mengalami peningkatan. Rata-rata pertumbuhan luas areal selama periode tersebut sebesar 0,40% per tahun dimana luas area cengkeh Indonesia pada tahun 1980 sebesar 408,10 ribu ha kemudian pada tahun 2013 menjadi 494,46 ribu ha.
Berdasarkan data produksi cengkeh Perkebunan Rakyat rata-rata tahun 2009-2013 terdapat 8 provinsi sentra produksi yang mempunyai kontribusi kumulatif hingga mencapai 77,31% dari produksi cengkeh Indonesia. Sebagian besar cengkeh Indonesia berasal dari Sulawesi. Provinsi Sulawesi Selatan merupakan provinsi sentra terbesar dengan dengan rata-rata produksi sebesar 11,99 ribu ton atau berkontribusi sebesar 13,51% terhadap total produksi cengkeh Indonesia.
Karena nilai ekonomisnya yang tinggi, cengkeh  menjadi komoditas perkebunan yang penting di Indonesia. Di samping bermanfaat untuk melangsungkan kehidupan petani, kegunaannya pun masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam berbagai sektor, terutama sektor industri kretek dan sektor konsumsi.
Dalam sektor industri, cengkeh merupakan bahan dasar kedua dalam pembuatan rokok kretek. Karena itu konsumsi cengkeh di Indonesia sangat  besar. Ada beberapa jenis cengkeh yang ditanam di Indonesia, yaitu Cengkeh Si Putih, Cengkeh Si Kotok, Cengkeh Tipe Ambon, dan Cengkeh Tipe Zanzibar. Semuanya ini pun bernilai ekonomis tinggi.
Perkembangan konsumsi cengkeh selama tahun 1993 – 2013, berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) oleh BPS sangat stabil yaitu 0,05 kg/kapita/tahun, hal ini kemungkinan besar karena produksi cengkeh Indonesia lebih banyak dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha industri rokok kretek.
Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan perkebunan, sekitar 90% produksi cengkeh dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan industri kretek sementara sisanya dipergunakan untuk farmasi, kosmetik dan rempah-rempah.
Indonesia sebagai negara dengan luas tanaman menghasilkan terbesar di dunia juga merupakan produsen cengkeh terbesar dunia yang menberikan kontribusi sebesar 70,99 % terhadap total produksi cengkeh dunia, dengan rata-rata produksi 79,25 ribu ton per tahun. Negara kedua adalah Madagaskar yang memberikan kontribusi sebesar 13,38 % dengan rata-rata produksi 14,94 ton per tahun sementara Tanzania hanya berkontribusi 6,85% dengan rata-rata produksi 6,85 ribu ton per tahun.
Di samping untuk sektor industri, cengkeh juga dimanfaatkan dalam pengobatan, seperti mengobati sakit gigi, mencegah peradangan, dan mengatasi sinusitis. Selain itu cengkeh juga berguna dalam campuran bahan masakan.
Melihat besarnya manfaat cengkeh dan komoditas cengkeh di Indonesia ini tak bias dipungkiri bahwa kretek adalah yang paling banyak berperan. Belum banyak industry lain yang memanfaatkan tanaman berkhasiat ini. Padahal, jika dikaji manfaatnya seperti yang telah disebutkan cengkeh tak hanya bernilai ekonomi tapi juga memiliki manfaat kesehatan.
Sumber: http://komunitaskretek.or.id/opini/2016/05/geliat-cengkeh-indonesia/